Halo semuanya, kali
ini saya ingin berbagi pengalaman dengan pembaca tentang perjalanan saya ke
ibukota. Tujuan saya ke sana adalah karena ada panggilan interview. Sebetulnya
saya mengirim banyak lamaran pekerjaan via email ke berbagai lowongan yang ada di
luar kota (saya sendiri tinggal di Semarang) dan saya dapat panggilan paling
cepat dari Serpong, Tangerang. Awalnya saya ragu karena biaya ke sana pasti
mahal sekali. Tapi berhubung dari pihak keluarga sangat mendukung saya akhirnya
sayapun jadi berangkat.
Tanggal interview
hari Jumat, 2 September 2016 dan saya berangkat tanggal itu juga dari Semarang pukul
5.00 dini hari. Berangkat menggunakan pesawat NAM Air yang jadwal terbangnya
paling pagi yaitu jam 06.15 tapi kenyataannya agak terlambat karena banyak
pesawat yang antri terbang saat itu.
GATE 4 Bandara Internasional Ahmad Yani |
Menunggu pesawat
siap, saya dan penumpang lainnya duduk di ruang tunggu Gate 4 Bandara
Internasional Ahmad Yani. Kata kakak saya yang mensponsori biaya penerbangan
saya pagi itu, awalnya Gate 4 hanya untuk penerbangan internasional tapi entah
kenapa sekarang dibuka untuk penerbangan domestik. Ruang tunggunya terpisah
dengan ruang tunggu gate lain (Gate 1 sampai 3) dan AC-nya sangat dingin, sudah
datang pagi buta, AC-nya bertiup kencang dan penumpang baru sedikit, sedingin
perlakuanmu padaku *halah.
Oh iya tiket NAM
air sangat simple, mirip nota malah kalau saya bilang. Sangat berbeda dengan
tiket Garuda (yang sama-sama kelas ekonomi) yang lebih bisa buat disimpan atau
dipamerin ke sosmed.
Setelah jam 6.00
penumpang dipanggil untuk naik pesawat, saya agak teringat dengan bus kota
ketika naik pesawat ini, baunya minyak angin hahaha. Penumpang lainnya mungkin
lagi masuk angin jadi pakai minyak anginnya banyak-banyak sampai wanginya
menyebar satu ruangan.
Pesawat NAM Air |
Pesawat take off dengan
lancar dan bagian yang saya suka adalah ketika mesin pesawat ngeden (apa ya
istilahnya buat mesin yang memacu buat lari kenceng) dan take off ke langit.
Sensasinya itu lho, bikin nagih walau serem juga. Oh iya saya agak-agak takut
naik pesawat gitu. Apalagi ini sendirian, pertama kalinya saya naik pesawat
sendiri tanpa dampingan keluarga.
For Your
Information, kelebihan maskapai ini adalah dapat snack saat perjalanan. Walau
hanya cemilan wafer dan minuman dalam gelas tapi mendingan daripada tidak sama
sekali apalagi saya saat itu lupa bawa minum dari rumah. Perjalanan mulus dan
tidak menakutkan. Goncangan wajar masih ada karena cuaca saat itu banyak awan.
Sebetulnya pemandangannya bagus saat terbang di atas awan yang membentuk
seperti lautan kapas tapi saya agak risih mau potret soalnya saya duduk di
bangku tengah.
Terminal 2F Bandara Internasional Soekarno Hatta |
Tiba di bandara
Internasional Soekarno-Hatta tepat waktu walau berangkatnya telat, ngebut nih
pilotnya. Tapi memuaskan lah naik pesawat ini walau suasananya kaya naik bus
kota hehe. Oh iya ini juga baru pertama kalinya ke bandara Soe-Hatta yang lama
banget pesawatnya jalan dari landing ke terminal (saya sampai nahan pipis lama
banget hahaha). Masuk ke terminal pakai leher (apa itu namanya yang lorong dari
terminal langsung nyambung ke pintu hahaha) dan jalan ke pintu keluar jauh
banget, beda dengan bandara Ahmad Yani yang bikin nggak capek jalannya hihi. Oh
iya saya turunnya di terminal 2F, terminal paling ujungkah?
Menunggu Bus Damri |
Keluar dari
terminal saya langsung ke loket bus Damri, sebelumnya tanya dulu ke petugas
pintu keluar terminal lokasi loketnya. Ternyata dekat, hanya dari pintu keluar
langsung ke kiri. Saya pun memesan tiket menuju Serpong dengan pemberhentian di
WTC Matahari Serpong. Sambil menunggu saya membeli roti dan minuman mineral.
Harga bandara memang bikin amazed, minuman air mineral saja sepuluh ribu sama
kaya harga rotinya.
Nah, ini adalah
bagian yang paling lama nunggu, soalnya si bus jurusan Serpong ini masih
muterin terminal 1A sampai 2 (nggak sampai F) buat menuhin penumpang. Akhirnya saya
menunggu hampir dua jam buat naik ke bus Damri jurusan Serpong yang harga
tiketnya Rp 40.000,-. Busnya sepi penumpang, ya mungkin ini yang bikin lama
cari penumpang dulu. Bus pun berangkat dan masih cari penumpang di terminal 3
yang katanya baru, iya sih soalnya bangunannya masih belum selesai dibangun.
WTC Matahari Serpong, Lobby Utama |
Perjalanan berlanjut
ke Serpong via jalan tol menuju ke
daerah yang namanya Alam Sutera. Dari Alam Sutera keluar tol dan masuk ke
Serpong. Suasana di sana mengingatkan saya pada BSB di Semarang, masih banyak
pembangunan di sana sini tapi bedanya di sini bangunannya tinggi-tinggi kaya
Star Hotel sebelah Java Mall Semarang. Mungkin lebih tinggi yang sini.
Food Court WTC Serpong |
Berhentilah bus di
depan WTC Serpong. Lama perjalannya kurang lebih 2 jam dan saat itu pukul 11
lebih. Jadwal wawancara jam 2 sampai jam 4 siang. Saya pun menunggu di WTC
sambil cari makan siang di food courtnya yang rada sepi. Saat itupun memang
tidak begitu ramai, suasana mall-nya mengingatkan saya pada Matahari di Simpang
Lima. Tidak begitu bagus tapi barang yang dijual banyak dan terjangkau. Ada
supermarket Hypermart dan di lantai atas ada tempat karaoke dan bioskop kalau
tidak salah.
Nasi Goreng Biasa dan Es Teh Biasa |
Kembali ke masalah
perut, saya masih keliling di food court mencari makanan yang harganya
terjangkau, meski sebenarnya semuanya tidak terlalu mahal tapi saya berusaha
cari yang lebih hemat hahaha. Akhirnya perut ini memilih nasi goreng biasa
(yang memang biasa) sama es teh yang totalnya habis Rp 18.000,-. Untuk standar
makanan di pusat perbelanjaan sepertinya tidak jauh berbeda dengan di Semarang.
Kalau selisih harga mungkin bisa di rata-rata 4 ribuan.
Sesudah makan saya
langsung ganti pakaian di toilet WTC hahaha. Masa iya mau ganti di tempat
wawancara. Waktu menunjukkan pukul satu siang dan sayapun pesan Go-Jek. Awalnya
di reject karena jauh, padahal sebelum jumatan banyak driver di sekitar pintu
keluar WTC. Order ke-dua ada driver yang mau walau agak jauh juga. Kemudian
saya meluncur ke daerah Scientia Business Park yang jarak tempuhnya lumayan
jauh dari WTC, soalnya si driver pakai route muter, kalau tidak salah liat sih
ada jalan satu arah waktu masuk Gading Serpong jadi Google Maps yang nggak
valid nih.
Regus, Scientia Business Park, Serpong |
Sampai di tempatnya
saya pun membayar dan saya kasih lebih soalnya kasihan muternya jauh tapi
bayarnya sama, mana layar hapenya pecah pula puk puk pak driver. Masuk ke tempat wawancara saya disambut baik sama mbak
resepsionis yang rambutnya ombre merah. Saya pun dipersilahkan masuk dan
disediakan minum sama pegawai di sana. Ternyata kebanyakan mereka pun dari Jawa
jadi nggak perlu asing sama logat di Jawa Barat ini. Oh iya keunikan kalau di
Jawa Barat adalah menyebut daerah Jawa Tengah dan Timur (DIY juga) adalah
wilayah Jawa. Lucu ya, padahal Jawa Barat juga Pulau Jawa. Mungkin pembagian
ini berdasarkan rumpun bahasa yang digunakan. Di Jawa Barat mayoritas berbahasa
Sunda, yang lain Bahasa Jawa dengan aksen masing-masing.
Wawancara berjalan
santai dan lancar. Diterima? Hmmmm, bisa iya bisa tidak. Soalnya di sini saya
diminta memutuskan. Sebelumnya saya minta waktu dulu buat ijin ke orang tua dan
saya pun diijinkan. Setelah berdiskusi dengan orang tua saya pun memutuskan
untuk bekerja di sana dengan segala konsekuensinya. Soalnya saya selama ini
tinggal bersama orang tua. Kuliah pun tidak jauh dari rumah jadi tiap hari pun
pulang ke rumah.
(update : ternyata gagal saya ambil karena diambil duluan oleh orang lain, ketikung nih namanya hiks hiks)
Sebelum pulang saya
tidak lekas pulang tapi tanya dulu ke pegawai di sana yang asalnya satu kota
dengan saya. Keliatan banget saya baru pertama main ke Tangerang dan
Jakarta. Saya minta dibuatkan petunjuk dari Tangerang ke Jakarta naik KRL. Saya
pun diberi pesan juga jangan tanya sama sembarang orang di sana, kalau bingung
tanya saja sama petugas di stasiun, soalnya kalau sama orang biasanya mereka
sok tahu atau kadang menyesatkan.
Vending Machine KRL, Stasiun Tangerang |
Perjalanan saya
lanjutkan ke Stasiun Tangerang via Go-Jek lagi. Kali ini drivernya lewat jalan
yang sesuai dengan route yang ditunjukkan di app. Sampai di stasiun saya minta
tolong petugas stasiun cara menggunakan vending machine. Tiket KRL saya
dapatkan berupa kartu jaminan seharga Rp 10.000,- dan Rp 3.000 untuk tarif KRL
itu sendiri. Murah? Banget, soalnya kalau naik transportasi lain pasti habis
lebih banyak. Meski naik KRL juga berdesak-desakan dengan penumpang yang lain
tapi masih nyaman dan saya ketagihan hahaha (dasarnya memang baru pertama kali
naik kereta api). Saat di stasiun Tangerang, petugas kebersihan membersihkan
seluruh lantai kereta sebelum berangkat. Oh iya tadinya saya mau naik kereta
dari Semarang saat berangkat ke Tangerang, tapi setelah saya cari info ternyata
tidak ada kereta dari Semarang ke Tangerang, jadi harus oper ke KRL kalau turun
di Stasiun Pasar Senen atau Gambir.
Suasana Di KRL saat normal |
Suasana di KRL saat penuh penumpang, Tetap sejuk kok ACnya |
KRL berhenti di
setiap stasiun kecil, nama stasiunnya unik-unik. Terakhir berhenti di stasiun
Duri dan oper ke KRL jalur lain yang menuju stasiun Pasar Senen. Itu pun KRL
dari arah Stasiun Duri tidak berhenti di Pasar Senen, jadi harus turun di
stasiun terdekat berikutnya, stasiun Gang Sentiong namanya. Dari stasiun Gang
Sentiong pindah ke jalur satunya untuk kembali ke Stasiun Pasar Senen. Saat
menunggu di stasiun Gang Sentiong tiba-tiba hujan turun deras, untung saya bawa
jas hujan plastik jadi bisa mengamankan bawaan saya yang banyak di tas yang
besar. Cuaca sekarang memang sulit diprediksi, padahal ini seharusnya sudah
masuk musim kemarau tapi malah hujan deras. Keluar dari KRL di Pasar Senen
kehujanan juga dan saya langsung lari ke hotel Senen Indah di belakang stasiun.
Saya sudah dibookingkan hotel oleh kakak sebelum saya berangkat via aplikasi
jasa pemesanan tiket dan booking hotel.
Hotel Senen Indah, belakang Stasiun Pasar Senen |
Sampai di hotel
dengan kaki basah saya pun masuk kamar hotel yang sebetulnya bisa dipakai 2
orang (tidak ada kamar single di sini, huhuhu). Fasilitas bintang 1 tapi nyaman
dan lebih baik daripada menginap di stasiun walaupun harganya lebih mahal dari
tiket kereta pulang (sekitar Rp 300.000,- lebih sedikit). Saya pun
bersih-bersih dan setelah hujan reda saya pergi ke stasiun lagi untuk mencetak
tiket kereta. Kereta yang saya pesan adalah Menoreh kelas Ekonomi class C
berangkat jam 07.15 pagi. Selesai dari mencetak saya ke minimarket membeli roti
dan susu karena ibu-ibu yang jualan nasi ayam/bebek di depan stasiun lagi nggak
jualan (kata kakak saya rasanya enak dan terjangkau).
Setelah itu saya
kembali ke hotel dan istirahat. Paginya saya bangun jam 05.00 pagi dengan alarm
jam 4.30 (kebiasaan booting nya lama kalau pagi hihihi). Check out jam 06.00
kurang dan menunggu sarapan (fasilitas hotel) dan jam 06.00 masih belum siap
(masih dipanaskan). Wah padahal jam 07.15 kereta sudah berangkat. Akhirnya saya
makan walau belum hangat sepenuhnya, daripada ketinggalan kereta masa mau
nginep lagi.
Kereta Api Menoreh Menuju Stasiun Tawang Semarang |
Saya pun makan
dengan buru-buru dan nggak bisa menikmati makanannya, padahal all you can eat
hiks hiks. Sampai stasiun jam 7 kurang 15 menit dan jam 7 lebih 10 menit pintu
kereta sudah ditutup. Kursi penuh penumpang, padahal kalau ada yang kosong mau
pindah dekat jendela biar bisa lihat pemandangan.
Kereta pun
berangkat dan selama perjalanan saya merasa kok seperti ada yang saya kenal di
bangku seberang, berhubung saya duduk di seat B (tengah) jadi bisa lihat
penumpang lainnya di satu gerbong. Karena penasaran saya pun coba chat ke group
LINE teman SMA saya. Kok saya seperti melihat si ini (nama teman), tanya saya
di grup. Kemudian kami saling pandang-pandangan tapi masih belum yakin kalau
dia teman saya, walau saya tahu teman saya itu kerja di ibukota. Mungkin ya
pulangnya pas barengan. Kemudian orang itu pun bangkit dari tempat duduknya dan
menyapa saya. Loooh ternyata beneran hahaha. Saya pun ikut bangun dari tempat
duduk dan menyapanya. Awalnya teman saya juga bertanya-tanya ini saya beneran
atau enggak. Sampai-sampai teman saya chat ke teman saya yang lain buat
verifikasi sosok saya yang sebenarnya hahaha. Setelah bertegur sapa dan ngobrol
sana sini kami pun duduk kembali dengan perasaan konyol. Teman sendiri tapi
lupa-lupa ingat, dan kebetulan sekali bisa berada di satu gerbong tanpa
perencanaan.
Tiba di Stasiun Semarang Tawang |
Perjalanan
berlanjut sampai akhirnya tiba di stasiun Tawang Semarang. Begitu keluar dari
kereta langsung disambut dengan hawa panas Semarang. Akhirnya pulang dengan
sehat dan selamat tanpa kurang satu apapun, eh satu yang kurang, kurang tidur!
Tambahan, untuk
estimasi biaya yang saya habiskan adalah sebagai berikut (bisa buat referensi
yang mau backpacker-an atau jalan-jalan) :
Biaya di atas bisa
kurang atau lebih, jika memilih berangkat-pulang menggunakan bus akan lebih
terjangkau, berhubung saya dibelikan tiket pesawat dan booking hotel di pasar
senen maka keluarnya lebih mahal. Kalau untuk backpacker lebih baik menggunakan
moda transportasi yang lebih irit seperti bus dan angkot jika tahu arah dan
lokasi tujuannya. Untuk KRL masih direkomendasikan karena murah dan bisa sampai
keliling Jakarta.
Sekian pengalaman
singkat dari saya, semoga bermanfaat dan pesan saya jika memang ingin bekerja
di ibukota (dan sekitarnya) maka persiapkan bekal kemampuan dan modal yang
memadai, jangan karena prestige jadi ingin bekerja di sana. Biaya hidup di
ibukota lebih mahal dan kalau bisa bekerja di daerah dengan gaji yang besar
(ada tidak ya hahaha) dan yang terpenting jangan mudah percaya dengan orang. Tapi jika kamu dipercaya orang, jangan pernah mengecewakan orang tersebut.
Have a nice day!
No comments:
Post a Comment