Blog ini hanya untuk tujuan kesenangan semata, tidak ada kaitannya dengan fakta-fakta yang ada. Thanks for visiting this blog, may your day wonderful ~

Jadi Pegawai atau Freelance?

Halo, kembali ke tulisan sekaligus curhatan saya. Kali ini saya ingin membahas tentang dunia pencarian uang. Sebenarnya saya sendiri sedang bingung memilih antara menjadi pegawai atau menjadi freelance yang pastinya masing-masing punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Biar lebih jelas mari kita bahas satu-satu.

Pegawai
Pegawai by http://bengkuluekspress.com/pangkas-pegawai-rsmy/
Menjadi pegawai adalah dambaan setiap orang (halah). Dilihat dari banyaknya minat orang menjadi pegawai daripada pedagang/pengusaha. Ini bisa disebabkan karena menjadi pedagang/pengusaha butuh modal dan keberanian akan resiko. Menjadi pegawai justru lebih "aman" karena kita tak perlu memikirkan bagaimana usaha yang kita jalankan terus berjalan baik.
Mengabdi sebagai pegawai tentunya memiliki kelebihan tersendiri, salah satunya sudah saya sebutkan di kalimat sebelumnya tapi juga ada kelebihan-kelebihan lainnya yaitu :

Menjadi Pegawai Sangat Praktis
Ingin jadi pegawai sebetulnya metodenya lebih muda ketimbang jadi pengusaha. Kalau menjadi pegawai kita tinggal memilih mana saja perusahaan yang ingin kita tempati. Kita pun tinggal berusaha meyakinkan pihak HRD agar mau menerima kita seutuhnya bukan apa adanya (halah).

Menjadi Pegawai Hanya Fokus pada Yang Dikerjakan
Pegawai tentunya ditempatkan dan dikelompokkan secara khusus oleh perusahaan berdasarkan skill dan tugas kerja masing-masing. Nah jika sudah seperti itu maka tugas pegawai hanyalah fokus pada bidang/divisi/bagiannya. Tidak perlu bagian produksi ikut campur di bagian pemasaran atau bidang-bidang lainnya kecuali kalau ada yang pacaran beda divisi pasti akan saling care satu dengan lainnya.

Menjadi Pegawai Hanya Menunggu Tanggal Muda
Asiknya lagi jadi pegawai adalah ketika sudah lewat satu bulan maka secara otomatis akan turun gaji dari langit (halah). Yap, hak kamu sebagai pegawai dengan menerima upah akan datang secara rutin, baik itu bulanan, mingguan, semesteran, tahunan, atau harian. Berasa kaya anniversarian anak muda jaman sekarang gitu.

Menjadi Pegawai Tanggungjawabnya Tidak Terlalu Sangat Besar
Seperti yang sudah saya tuliskan tadi, setiap pegawai fokus pada bidang yang dikerjakannya sehingga jika mungkin salah satu bagian mengalami down tidak akan menjadi faktor penghancur perusahaan, satu bagian yang down akan di back-up oleh bagian yang lain. Namun ada pegawai yang mungkin tanggungjawabnya sangat besar sehingga jika ia salah sedikit saja dunia bisa kiamat.

Dibalik kelebihan tentunya ada kekurangan, berikut adalah kekurangan-kekurangannya :

Menjadi Pegawai Terlalu Banyak Persaingan
Yap, disamping kebebasan kita memilih masuk perusahaan manapun. Persaingan yang terjadi di dunia rekruitmen pegawai juga cukup membuat kita putus asa sampai guling-guling di lantai rumah. Faktor lain yang menyebabkan sulitnya masuk dalam perusahaan ialah rekruitmen yang melibatkan koneksi antar pegawai sehingga kesempatan untuk diterima semakin kecil.

Pegawai Terkadang Menjenuhkan
Mengerjakan sesuatu hal yang diulang-ulang tanpa variasi maka akan membuat orang menjadi jenuh, kemudian memicu malas bekerja, akhirnya resign.

Pegawai Terkadang Ditindas Atasan
Salah masuk ke perusahaan pun akan menjadi masalah. Atasan yang kelakuannya tidak baik malah membuat hidup Anda semakin merana. Bukan bekerja untuk mendapat penghasilan malah setiap hari cuma makan hati menghadapi sikap atasan yang semena-mena.


Freelancer

Nah setelah membahas Kepegawaian sekarang mari kita bahas tentang menjadi Freelancer. Berikut adalah kelebihan-kelebihan Freelancer menurut pandangan saya setelah beberapa bulan lamanya mengarungi kehidupan sebagai freelancer.


Freelancers by http://blog.realmatch.com/

Freelancer tidak terikat jam kerja
Anda tidak selalu berangkat pagi pulang malam hanya untuk mengais rejeki. Freelance bekerja sesuai orderan/pesanan yang datang kapan saja. Mungkin ini lebih membuat Anda merasa lebih santai dalam bekerja. Anda mungkin bisa berlibur di saat orang lain tidak bisa libur.

Freelancer bisa dimana saja
Bekerja sebagai pegawai lepas membuat Anda bebas memilih tempat kerja. Berbeda dengan pegawai kebanyakan, freelancer bisa memilih tempat kerjanya. Bisa di rumah, mall, taman, hotel, atau toilet sehingga kita tidak mudah merasa bosan.

Freelancer bisa lebih santai
Anda bisa bekerja di atas tempat tidur, bebas melenggangkan kaki, dengerin musik, karaokean, atau sambil nyemil/makan. Kalau di kantor kamu belum tentu bisa melakukan hal-hal itu, bisa-bisa Anda malah dimarahi atasan.

Namun dibalik itu semua tentunya adalah ketidaklebihan yang menurut saya menjadi kekurangan seorang freelancer, apa saja itu?

Freelancer jam kerjanya suka mendadak
Dibalik jam kerjanya yang bebas terkadang project/orderan bisa datang di saat kita tidak ingin bekerja atau pas hari libur. Hal ini yang mengesalkan, dimana kita sudah jadwalkan untuk berlibur ke luar angkasa malah harus duduk di depan komputer untuk mengerjakan tugas.

Freelancer terlena dengan kesantaian
Santai kadang membutakan sehingga batas waktu pengerjaan tiba-tiba sudah di ujung rambut. Sehingga kerjaan jadi tidak santai lagi, sampai lupa makan, tidur, bahkan lupa ke kamar kecil. Tentunya ini bisa mengganggu kesehatan freelancer. Sehingga perlu manajemen waktu yang baik agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu.

Freelancer tidak menentu dalam mendapatkan gaji/fee
Freelancer sangat bergantung pada pesanan client sehingga gajinya tidak akan tetap seperti pegawai. Kalaupun ingin tetap maka freelancer harus rajin-rajin cari client.


Mungkin sekian yang bisa saya bagikan saat ini. Menjadi pegawai atau freelance adalah pilihan tiap individu. Setiap pekerjaan pasti ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada pekerjaan yang sempurna, apalagi jadi boss/leader yang mengurusi banyak pegawai. Untuk serba-serbi tentang boss/atasan akan saya bahas di postingan yang lain. Apabila ada masukan/saran bisa dituliskan di kolom komentar ya. Have a nice day.

Pengalaman Singkat Ke Ibukota



Halo semuanya, kali ini saya ingin berbagi pengalaman dengan pembaca tentang perjalanan saya ke ibukota. Tujuan saya ke sana adalah karena ada panggilan interview. Sebetulnya saya mengirim banyak lamaran pekerjaan via email ke berbagai lowongan yang ada di luar kota (saya sendiri tinggal di Semarang) dan saya dapat panggilan paling cepat dari Serpong, Tangerang. Awalnya saya ragu karena biaya ke sana pasti mahal sekali. Tapi berhubung dari pihak keluarga sangat mendukung saya akhirnya sayapun jadi berangkat.
Tanggal interview hari Jumat, 2 September 2016 dan saya berangkat tanggal itu juga dari Semarang pukul 5.00 dini hari. Berangkat menggunakan pesawat NAM Air yang jadwal terbangnya paling pagi yaitu jam 06.15 tapi kenyataannya agak terlambat karena banyak pesawat yang antri terbang saat itu.

GATE 4 Bandara Internasional Ahmad Yani
Menunggu pesawat siap, saya dan penumpang lainnya duduk di ruang tunggu Gate 4 Bandara Internasional Ahmad Yani. Kata kakak saya yang mensponsori biaya penerbangan saya pagi itu, awalnya Gate 4 hanya untuk penerbangan internasional tapi entah kenapa sekarang dibuka untuk penerbangan domestik. Ruang tunggunya terpisah dengan ruang tunggu gate lain (Gate 1 sampai 3) dan AC-nya sangat dingin, sudah datang pagi buta, AC-nya bertiup kencang dan penumpang baru sedikit, sedingin perlakuanmu padaku *halah.

Oh iya tiket NAM air sangat simple, mirip nota malah kalau saya bilang. Sangat berbeda dengan tiket Garuda (yang sama-sama kelas ekonomi) yang lebih bisa buat disimpan atau dipamerin ke sosmed.
Setelah jam 6.00 penumpang dipanggil untuk naik pesawat, saya agak teringat dengan bus kota ketika naik pesawat ini, baunya minyak angin hahaha. Penumpang lainnya mungkin lagi masuk angin jadi pakai minyak anginnya banyak-banyak sampai wanginya menyebar satu ruangan.

Pesawat NAM Air
Pesawat take off dengan lancar dan bagian yang saya suka adalah ketika mesin pesawat ngeden (apa ya istilahnya buat mesin yang memacu buat lari kenceng) dan take off ke langit. Sensasinya itu lho, bikin nagih walau serem juga. Oh iya saya agak-agak takut naik pesawat gitu. Apalagi ini sendirian, pertama kalinya saya naik pesawat sendiri tanpa dampingan keluarga.

For Your Information, kelebihan maskapai ini adalah dapat snack saat perjalanan. Walau hanya cemilan wafer dan minuman dalam gelas tapi mendingan daripada tidak sama sekali apalagi saya saat itu lupa bawa minum dari rumah. Perjalanan mulus dan tidak menakutkan. Goncangan wajar masih ada karena cuaca saat itu banyak awan. Sebetulnya pemandangannya bagus saat terbang di atas awan yang membentuk seperti lautan kapas tapi saya agak risih mau potret soalnya saya duduk di bangku tengah.

Terminal 2F Bandara Internasional Soekarno Hatta
Tiba di bandara Internasional Soekarno-Hatta tepat waktu walau berangkatnya telat, ngebut nih pilotnya. Tapi memuaskan lah naik pesawat ini walau suasananya kaya naik bus kota hehe. Oh iya ini juga baru pertama kalinya ke bandara Soe-Hatta yang lama banget pesawatnya jalan dari landing ke terminal (saya sampai nahan pipis lama banget hahaha). Masuk ke terminal pakai leher (apa itu namanya yang lorong dari terminal langsung nyambung ke pintu hahaha) dan jalan ke pintu keluar jauh banget, beda dengan bandara Ahmad Yani yang bikin nggak capek jalannya hihi. Oh iya saya turunnya di terminal 2F, terminal paling ujungkah?

Menunggu Bus Damri

Keluar dari terminal saya langsung ke loket bus Damri, sebelumnya tanya dulu ke petugas pintu keluar terminal lokasi loketnya. Ternyata dekat, hanya dari pintu keluar langsung ke kiri. Saya pun memesan tiket menuju Serpong dengan pemberhentian di WTC Matahari Serpong. Sambil menunggu saya membeli roti dan minuman mineral. Harga bandara memang bikin amazed, minuman air mineral saja sepuluh ribu sama kaya harga rotinya.

Nah, ini adalah bagian yang paling lama nunggu, soalnya si bus jurusan Serpong ini masih muterin terminal 1A sampai 2 (nggak sampai F) buat menuhin penumpang. Akhirnya saya menunggu hampir dua jam buat naik ke bus Damri jurusan Serpong yang harga tiketnya Rp 40.000,-. Busnya sepi penumpang, ya mungkin ini yang bikin lama cari penumpang dulu. Bus pun berangkat dan masih cari penumpang di terminal 3 yang katanya baru, iya sih soalnya bangunannya masih belum selesai dibangun.

WTC Matahari Serpong, Lobby Utama

Perjalanan berlanjut ke Serpong via jalan tol  menuju ke daerah yang namanya Alam Sutera. Dari Alam Sutera keluar tol dan masuk ke Serpong. Suasana di sana mengingatkan saya pada BSB di Semarang, masih banyak pembangunan di sana sini tapi bedanya di sini bangunannya tinggi-tinggi kaya Star Hotel sebelah Java Mall Semarang. Mungkin lebih tinggi yang sini.

Food Court WTC Serpong
Berhentilah bus di depan WTC Serpong. Lama perjalannya kurang lebih 2 jam dan saat itu pukul 11 lebih. Jadwal wawancara jam 2 sampai jam 4 siang. Saya pun menunggu di WTC sambil cari makan siang di food courtnya yang rada sepi. Saat itupun memang tidak begitu ramai, suasana mall-nya mengingatkan saya pada Matahari di Simpang Lima. Tidak begitu bagus tapi barang yang dijual banyak dan terjangkau. Ada supermarket Hypermart dan di lantai atas ada tempat karaoke dan bioskop kalau tidak salah.

Nasi Goreng Biasa dan Es Teh Biasa
Kembali ke masalah perut, saya masih keliling di food court mencari makanan yang harganya terjangkau, meski sebenarnya semuanya tidak terlalu mahal tapi saya berusaha cari yang lebih hemat hahaha. Akhirnya perut ini memilih nasi goreng biasa (yang memang biasa) sama es teh yang totalnya habis Rp 18.000,-. Untuk standar makanan di pusat perbelanjaan sepertinya tidak jauh berbeda dengan di Semarang. Kalau selisih harga mungkin bisa di rata-rata 4 ribuan.
Sesudah makan saya langsung ganti pakaian di toilet WTC hahaha. Masa iya mau ganti di tempat wawancara. Waktu menunjukkan pukul satu siang dan sayapun pesan Go-Jek. Awalnya di reject karena jauh, padahal sebelum jumatan banyak driver di sekitar pintu keluar WTC. Order ke-dua ada driver yang mau walau agak jauh juga. Kemudian saya meluncur ke daerah Scientia Business Park yang jarak tempuhnya lumayan jauh dari WTC, soalnya si driver pakai route muter, kalau tidak salah liat sih ada jalan satu arah waktu masuk Gading Serpong jadi Google Maps yang nggak valid nih.

Regus, Scientia Business Park, Serpong
Sampai di tempatnya saya pun membayar dan saya kasih lebih soalnya kasihan muternya jauh tapi bayarnya sama, mana layar hapenya pecah pula puk puk pak driver. Masuk ke tempat wawancara saya disambut baik sama mbak resepsionis yang rambutnya ombre merah. Saya pun dipersilahkan masuk dan disediakan minum sama pegawai di sana. Ternyata kebanyakan mereka pun dari Jawa jadi nggak perlu asing sama logat di Jawa Barat ini. Oh iya keunikan kalau di Jawa Barat adalah menyebut daerah Jawa Tengah dan Timur (DIY juga) adalah wilayah Jawa. Lucu ya, padahal Jawa Barat juga Pulau Jawa. Mungkin pembagian ini berdasarkan rumpun bahasa yang digunakan. Di Jawa Barat mayoritas berbahasa Sunda, yang lain Bahasa Jawa dengan aksen masing-masing.

Wawancara berjalan santai dan lancar. Diterima? Hmmmm, bisa iya bisa tidak. Soalnya di sini saya diminta memutuskan. Sebelumnya saya minta waktu dulu buat ijin ke orang tua dan saya pun diijinkan. Setelah berdiskusi dengan orang tua saya pun memutuskan untuk bekerja di sana dengan segala konsekuensinya. Soalnya saya selama ini tinggal bersama orang tua. Kuliah pun tidak jauh dari rumah jadi tiap hari pun pulang ke rumah.
(update : ternyata gagal saya ambil karena diambil duluan oleh orang lain, ketikung nih namanya hiks hiks)
 
Sebelum pulang saya tidak lekas pulang tapi tanya dulu ke pegawai di sana yang asalnya satu kota dengan saya. Keliatan banget saya baru pertama main ke Tangerang dan Jakarta. Saya minta dibuatkan petunjuk dari Tangerang ke Jakarta naik KRL. Saya pun diberi pesan juga jangan tanya sama sembarang orang di sana, kalau bingung tanya saja sama petugas di stasiun, soalnya kalau sama orang biasanya mereka sok tahu atau kadang menyesatkan.
Vending Machine KRL, Stasiun Tangerang
Perjalanan saya lanjutkan ke Stasiun Tangerang via Go-Jek lagi. Kali ini drivernya lewat jalan yang sesuai dengan route yang ditunjukkan di app. Sampai di stasiun saya minta tolong petugas stasiun cara menggunakan vending machine. Tiket KRL saya dapatkan berupa kartu jaminan seharga Rp 10.000,- dan Rp 3.000 untuk tarif KRL itu sendiri. Murah? Banget, soalnya kalau naik transportasi lain pasti habis lebih banyak. Meski naik KRL juga berdesak-desakan dengan penumpang yang lain tapi masih nyaman dan saya ketagihan hahaha (dasarnya memang baru pertama kali naik kereta api). Saat di stasiun Tangerang, petugas kebersihan membersihkan seluruh lantai kereta sebelum berangkat. Oh iya tadinya saya mau naik kereta dari Semarang saat berangkat ke Tangerang, tapi setelah saya cari info ternyata tidak ada kereta dari Semarang ke Tangerang, jadi harus oper ke KRL kalau turun di Stasiun Pasar Senen atau Gambir.

Suasana Di KRL saat normal
Suasana di KRL saat penuh penumpang, Tetap sejuk kok ACnya
KRL berhenti di setiap stasiun kecil, nama stasiunnya unik-unik. Terakhir berhenti di stasiun Duri dan oper ke KRL jalur lain yang menuju stasiun Pasar Senen. Itu pun KRL dari arah Stasiun Duri tidak berhenti di Pasar Senen, jadi harus turun di stasiun terdekat berikutnya, stasiun Gang Sentiong namanya. Dari stasiun Gang Sentiong pindah ke jalur satunya untuk kembali ke Stasiun Pasar Senen. Saat menunggu di stasiun Gang Sentiong tiba-tiba hujan turun deras, untung saya bawa jas hujan plastik jadi bisa mengamankan bawaan saya yang banyak di tas yang besar. Cuaca sekarang memang sulit diprediksi, padahal ini seharusnya sudah masuk musim kemarau tapi malah hujan deras. Keluar dari KRL di Pasar Senen kehujanan juga dan saya langsung lari ke hotel Senen Indah di belakang stasiun. Saya sudah dibookingkan hotel oleh kakak sebelum saya berangkat via aplikasi jasa pemesanan tiket dan booking hotel.

Hotel Senen Indah, belakang Stasiun Pasar Senen
Sampai di hotel dengan kaki basah saya pun masuk kamar hotel yang sebetulnya bisa dipakai 2 orang (tidak ada kamar single di sini, huhuhu). Fasilitas bintang 1 tapi nyaman dan lebih baik daripada menginap di stasiun walaupun harganya lebih mahal dari tiket kereta pulang (sekitar Rp 300.000,- lebih sedikit). Saya pun bersih-bersih dan setelah hujan reda saya pergi ke stasiun lagi untuk mencetak tiket kereta. Kereta yang saya pesan adalah Menoreh kelas Ekonomi class C berangkat jam 07.15 pagi. Selesai dari mencetak saya ke minimarket membeli roti dan susu karena ibu-ibu yang jualan nasi ayam/bebek di depan stasiun lagi nggak jualan (kata kakak saya rasanya enak dan terjangkau).

Setelah itu saya kembali ke hotel dan istirahat. Paginya saya bangun jam 05.00 pagi dengan alarm jam 4.30 (kebiasaan booting nya lama kalau pagi hihihi). Check out jam 06.00 kurang dan menunggu sarapan (fasilitas hotel) dan jam 06.00 masih belum siap (masih dipanaskan). Wah padahal jam 07.15 kereta sudah berangkat. Akhirnya saya makan walau belum hangat sepenuhnya, daripada ketinggalan kereta masa mau nginep lagi.
Kereta Api Menoreh Menuju Stasiun Tawang Semarang
Saya pun makan dengan buru-buru dan nggak bisa menikmati makanannya, padahal all you can eat hiks hiks. Sampai stasiun jam 7 kurang 15 menit dan jam 7 lebih 10 menit pintu kereta sudah ditutup. Kursi penuh penumpang, padahal kalau ada yang kosong mau pindah dekat jendela biar bisa lihat pemandangan.
Kereta pun berangkat dan selama perjalanan saya merasa kok seperti ada yang saya kenal di bangku seberang, berhubung saya duduk di seat B (tengah) jadi bisa lihat penumpang lainnya di satu gerbong. Karena penasaran saya pun coba chat ke group LINE teman SMA saya. Kok saya seperti melihat si ini (nama teman), tanya saya di grup. Kemudian kami saling pandang-pandangan tapi masih belum yakin kalau dia teman saya, walau saya tahu teman saya itu kerja di ibukota. Mungkin ya pulangnya pas barengan. Kemudian orang itu pun bangkit dari tempat duduknya dan menyapa saya. Loooh ternyata beneran hahaha. Saya pun ikut bangun dari tempat duduk dan menyapanya. Awalnya teman saya juga bertanya-tanya ini saya beneran atau enggak. Sampai-sampai teman saya chat ke teman saya yang lain buat verifikasi sosok saya yang sebenarnya hahaha. Setelah bertegur sapa dan ngobrol sana sini kami pun duduk kembali dengan perasaan konyol. Teman sendiri tapi lupa-lupa ingat, dan kebetulan sekali bisa berada di satu gerbong tanpa perencanaan.

Tiba di Stasiun Semarang Tawang
Perjalanan berlanjut sampai akhirnya tiba di stasiun Tawang Semarang. Begitu keluar dari kereta langsung disambut dengan hawa panas Semarang. Akhirnya pulang dengan sehat dan selamat tanpa kurang satu apapun, eh satu yang kurang, kurang tidur!
Tambahan, untuk estimasi biaya yang saya habiskan adalah sebagai berikut (bisa buat referensi yang mau backpacker-an atau jalan-jalan) :


Biaya di atas bisa kurang atau lebih, jika memilih berangkat-pulang menggunakan bus akan lebih terjangkau, berhubung saya dibelikan tiket pesawat dan booking hotel di pasar senen maka keluarnya lebih mahal. Kalau untuk backpacker lebih baik menggunakan moda transportasi yang lebih irit seperti bus dan angkot jika tahu arah dan lokasi tujuannya. Untuk KRL masih direkomendasikan karena murah dan bisa sampai keliling Jakarta.

Sekian pengalaman singkat dari saya, semoga bermanfaat dan pesan saya jika memang ingin bekerja di ibukota (dan sekitarnya) maka persiapkan bekal kemampuan dan modal yang memadai, jangan karena prestige jadi ingin bekerja di sana. Biaya hidup di ibukota lebih mahal dan kalau bisa bekerja di daerah dengan gaji yang besar (ada tidak ya hahaha) dan yang terpenting jangan mudah percaya dengan orang. Tapi jika kamu dipercaya orang, jangan pernah mengecewakan orang tersebut.
Have a nice day!

Alasan-Alasan Kenapa Kamu Nggak Harus Kekinian

Halo bray, shay, kembali lagi bersama nganu ngene ngono yang lama tidak update karena makin sibuk~
Kali ini diwaktu yang lumayan nganggur ketimbang bersihin upil gebetan mending bahas soal kekininan. Apa itu kekinian?
Kekinian berasal dari bahasa Indonesia "KINI" yang artinya sekarang atau nowadays. Kekinian merajuk pada sebuah hal yang bersifat hits atau tren atau sering dibicarakan saat ini.
Fenomena kekinian ini sebenernya bukan hal baru tapi berhubung ada sosial media yang serba gampang buat cari informasi maka fenomena kekinian dapat dicari dan ditampilkan dengan mudah.
Kekinian umumnya dilakukan oleh seseorang berjiwa muda, mereka melakukan kegiatan dengan tujuan menjadi sama dengan apa yang orang-orang banyak lakukan dan yang mereka lakukan itu mereka yakini itu hal yang bagus.
Apakah selamanya kekinian itu jadi panutan dan keharusan? Aku pikir sih enggak ya. Mau tahu alasannya? Simak di bawah ini.

1. Kekinian Itu Senantiasa Berubah


Kekinian memiliki sifat sementara namun dampaknya besar akan tetapi dibalik dampaknya yang mampu mempengaruhi banyak orang ternyata sifatnya hanya sementara atau temporary sehingga jika pelaku kekinian sudah mulai merabak menjadi hal umum dan nggak keren lagi maka akan musnah dengan sendirinya. Kalau bisa mengikuti it's ok tapi kalau nggak bisa? Silahkan jadi kerepotan. Umumnya kekinian diikuti dengan perkembangan teknologi, sebagai contoh kekinian jika kita punya gadget terbaru dan dipamerin ke sosmed seperti mefokuskan foto ke logo/brand gadget sementara pandangan matanya nggak menunjukkan narsisme.

2. Kekinian Itu Boros atau Butuh Modal

Dari poin nomor satu membahas tentang perubahan kekinian maka ini berdampak lurus sama dompet kamu. Yap, dengan bergonta-ganti gadget maka duit kamu ikut terkuras. Yang parah lagi bukan duit kamu sendiri tapi duit orang tua. Kebayang nggak sih mereka susah-susah cari duit buat makan sama bayar tagihan wifi bulanan tapi kamu minta buat beli gadget terbaru?
Buat yang sudah kerja pun dengan gaji yang nggak banyak-banyak banget tapi kerja lemburannya kebangetan, ngikutin kekinian juga bikin boros dan bisa-bisa ngirit makan dengan numpang atau membabat kebun tetangga.

3. Kekinian Itu Bukan Kebutuhan Pokok

Ingat kebutuhan pokok manusia apa saja? Kalau sekolah aku dulu sih ngasih taunya:
Pangan
Sandang
Papan
Yang disingkat jadi PSP. Maksudnya adalah makanan, pakaian dan papan cucian eh rumah impian. Lalu dimana letak kekiniannya? Sepertinya belum ada kecuali kalau tren kekinian makan makanan tertentu yang hits atau booming banget di sekitar kamu maka dia akan masuk pangan tapi di luar kebutuhan pokok yang beneran yaa. Makan yang penting kenyang, sehat dan nggak bikin ngantuk di kantor.

4. Kekinian Kalau Nggak Bener Malah Merugikan

Hampir sama dengan poin 2, kekinian kalau tidak kamu filter akan merugikan diri kamu sendiri guys. Misal demi kamu punya gadget berlogo buah kamu rela main sama om-om atau tante-tante. Yalaaa nggak harus segitunya kaan. Contoh lainnya misal demi kamu dapat love banyak di instagram kamu rela foto agak syur dan memakai hashtag terlarang :D oh noooo malu sama temen sama ortu kalau lihat kelakuan kamu. Mending pilih-pilih dulu kekinian yang bisa bikin kamu jauh lebih baik, contohnya nih kekinian action cam, siapa tau dengan pakai action cam kamu malah bisa jadi fotografer action cam yang handal. Asal ditingkatkan skill dan sering-sering baca buku atau artikel fotografi yaaa. Mau tau action cam fotografi juga? Coba kunjungi link ini .


Nah sekian membahas kekiniannya yaa semoga kamu bisa memilih atau tidak perlu ikutan hal-hal kekinian. Kekinian tidak selamanya salah kok selama kamu bisa mengarahkan dan mengontrol diri kamu. Salam nganu :D